Sabtu, 25 Agustus 2012

When My Wings Refuse To Fly

... sempat terbang membumbung tinggi, lalu jatuh dan hancur
aku mau melayang lagi ... hinggap di bunga dan daun-daun baru
tapi sayap-sayap ini tak menghiraukan inginku lagi
bahkan hanya untuk sekedar mengepak perlahan ...





"ayolah... kalian harus tunduk padaku!!! lakukan sekali saja..."

Jumat, 20 Juli 2012

It’s Gonna Rain... (part 12 - final)


Hari ini, 3 hari menjelang pernikahan. Aku minta Andra menemaniku ke tempat dimana semuanya berawal.
Bu Wiwin menyambutku dengan hangat. Aku mengenalkan Andra padanya, lalu kubiarkan mereka berbincang di ruang tamu.

Tempat ini masih sama seperti setahun kemarin. Aku lihat kamar yang dulu kutempati sudah ada penghuninya. Seorang anak perempuan yang sedang mengerjakan sesuatu dengan laptopnya membiarkan pintu kamar terbuka lebar. Masih muda. Mungkin masih kuliah. Merasa aku memperhatikannya, dia tersenyum padaku.
Begitu juga dengan kamar di lantai atas yang dulu ditempati Rega. Seorang anak laki-laki baru saja mengunci pintunya lalu bergegas menuruni tangga. Dia mengangguk padaku.

Tujuanku datang hari ini adalah taman belakang.
Di sini Rega meninggalkan sebuah pohon Melon untukku. Daunnya saling berbelit dengan tanaman sirih milik Bu Wiwin. Beliau merawatnya dengan sangat baik. Tidak kusangka buahnya cukup lebat untuk sebuah pohon yang ditanam dengan keisengan.

Seperti malam itu, aku juga akan berpamitan di tempat ini.
I close my eyes, so I can feel him around me.

Rega...
I don’t know how to do this
What I’m trying to say is....
I’m giving you back this necklace
And the ring too
So I can take back a half of my heart
It’s time for me to carry on

I’m getting married, Rega
Don’t worry, you can trust this guy
He convinced me to start over
I’ll live well with him

I want you to know
You’re the best thing that ever happened to me


Aku mengubur sisa ceritaku bersama jewelry box itu.
Seiring hatiku kembali utuh.

Aku tidak menyadari ternyata Andra memperhatikanku dari belakang.
“So, you ready?”
“Yes, I’m ready...”

Goodbye, Rega
I’m leaving right now...

As you can guess
The rain is starting to fall ...



I swear to you
I will always be there for you
There’s nothing I won’t do
I promise you
All my life I will live for you
We will make it through
I believe in us
Nothing else could ever mean so much
You’re the one I trust
Our time has come
We’re not two people now
We are one
Yeah, you’re the second to none
Forever ...
We will be
Together ...
You and Me
Oh... when I hold you
Nothing can compare
With all of my heart
You know I’ll always be right there ...

It’s Gonna Rain... (part 11)



I’v been standing in the rain for hours
And every drop reminds me of you

Rega biasanya menggodaku dengan sebutan “Lady Frog”.
Dia bilang, cuma kodok yang girang kalau hujan turun. Hmmm... yeah maybe I am.
Dulu ketika masa-masa sulit menimpa keluargaku, too much fight in side the house.
So, I had to be strong for my Mom and my 3 younger brothers.
But I was just as scared as they were. Wasn’t so tough at all.

And rain?
Rain helped me hide my tears away.
I never had the chance to tell you that, Rega.
And I guess it’s too late to let you know about everything else either.

It’s Bryan Adams. We used to sing this song. “I’ll always be right there” right?
But we could never complete it cause we both keep forgetting the lyrics.
My cousin is playing it right now, Rega. Can you hear it?

Aku mendengarkan sayup-sayup petikan gitar dari kamar Aga. Yup! Sedari tadi aku tidak pernah pergi jauh. Hanya berteduh di belakang rumah Tante, persis di belakang kamar Aga. Setelah Marcel pergi, aku berputar-putar di dalam kompleks dengan kalung ini di genggamanku. Should I put it on or should I throw it away?

“Aga????”
“Willy, di sini dari tadi?
“Kamu baru pulang dari rumah Mama?”
“Ya iya atuh baru pulang. Mau pulang dari tadi,  tapi kan ujan gede!”
“Ari yang maen gitar di kamar kamu siapa?”
“Jangan ngaco ah! Gitar Aga mah udah dijual...”

I just experienced something weird. Mungkin karena dalam hati kecil sebenarnya aku belum bisa melepas Rega. I guess I want him back...



I decided to put the necklace on.
Then I’m bound to you ever since...


A year gone by...
Pagi ini aku hanya berdua saja dengan ibuku merapikan rumah, memasak, menggelar karpet, merangkai bunga, etc, etc. Nanti malam keluarga temannya dari Bogor akan datang berkunjung.
“Teh...”
Aku yang sedang asik menata guci-guci kecil di rak pun otomatis mendongak. Dari nada bicaranya, aku tahu Mama akan bicara serius.

“Sebentar lagi umur Teteh 30 taun. Emang ga kepikiran nikah?”
Aku terdiam. Tenggorokan ini rasanya seperti tercekik.
“Mama ngerti kamu mungkin masih trauma. Tapi mau sampai kapan?”
I don’t know Mom...
“Udah waktunya kamu lepas kalung dari Rega... Buka hati buat orang lain.”
Later, Mom.
Later in time when I’m ready.

Malam itu ternyata adalah malam perjodohan. Damn! She set me up!
Tante Maya datang dengan anaknya. Seorang karyawan Departemen Luar Negeri bernama Andra Wiraguna, duda berumur 36 tahun. Ketika usia pernikahannya baru memasuki tahun ke 2, istrinya meninggal karena gagal jantung. Belum sempat dikaruniani anak, Andra harus kembali melajang. Itu terjadi sekitar 4 tahun lalu.

Dua orang yang sama-sama pernah merasakan sakitnya kehilangan. At least we have something in common. Jika masih ada cinta yang tersisa untuk masa lalu, we’ll understand each other pretty well.

3 bulan berlalu.
Today is my birthday... Yeah I’m a 30 years old single Bitch! Haha...
Mama membuat syukuran kecil. Hanya acara do’a dan makan malam bersama dengan keluarga dekat. But I’m so thankful. Terakhir kali aku dibuatkan syukuran ulang tahun adalah 16 tahun lalu saat Papa masih ada.



Andra datang membawa seikat mawar untukku.
“It’s a small gift for my birthday girl...”
“Thank you...” (suit...suit...hehehe)


It’s getting late. Akhirnya saudara-saudara pun pulang.
“Agaaaaa! Tong waka uih, kasep. Bantuin Ua beberes!”
“Hahaha... Rasain! Nasib jadi ponakan kesayangan Emak gw!” adik ku menambahkan.
Rumah kembali rapi. Tinggal cuci piring yang belum. Besok pagi saja...

Keluarga kecilku berkumpul di ruang tengah. Tentu saja Aga dan Andra masih ada.
“Tante.... Andra minta do’anya. Bulan depan insyaallah ditugasin ke Canada...”
Oh no... It’s happening again.

“Jadi kalo ga keberatan, Andra mau minta Willa secepatnya. 
Kalo boleh sebelum bulan depan.”

What??
But... this is too early!

Mama tentu saja langsung mengiyakan. This is what she wanted!
Seorang ibu bekerja dengan nalurinya. Dan naluri ibuku mengatakan aku akan bahagia bersama Andra.

Glad? Yes.
Relieved? No.
Sebelum aku menyerahkan seluruh diriku pada orang lain, masih ada yang harus kuselesaikan. Maksudku... ada yang harus kuakhiri lebih dulu.
I don’t have much time.

Rabu, 18 Juli 2012

It’s Gonna Rain... (part 10)


Almost midnight....
Aku masih di airport. Berada di sebuah ruangan bersama orang-orang yang tidak pernah kukenal sebelumnya. Manager dan beberapa rekan kerja Rega pun ada di sini. Kami menunggu keluarganya datang dari Medan. Sementara 3 orang temannya yang ikut dalam rombongan masih dirawat di UGD. Aga tertidur pulas di kursi sambil menyandarkan kepala ke tembok.

00.20...
Ayah, paman, dan adiknya pun sampai. Air mataku sudah surut, tapi lantas kembali pecah saat aku harus menceritakan kembali apa yang terjadi. Feels like dying over and over.

Aku sudah mencoba beberapa kali supaya diizinkan melihat Rega untuk yang terakhir kalinya. Tapi dokter bilang tidak bisa karena aku bukan keluarganya. Bahkan saat aku coba sekali lagi agar aku boleh masuk bersama adiknya, tetap tidak bisa. Belakangan aku baru tahu, itu karena kondisi Rega terlalu parah.

Pagi ini upacara penyerahan jenazahnya dilakukan secara Kristiani. Aku dan Aga hanya bisa ikut menyaksikan dari belakang.

Rega...
Even if you're still here, we can never be together 
Our faith just won't let us be


Prosesi selesai. Jenazah akan dimakamkan di Medan. Pamannya tetap menunggu di airport. Ayah dan adiknya ikut ke Bandung bersamaku. Aku membawa mereka ke tempat kost. Barang-barang berharga milik Rega langsung dikemasi saat itu juga. Semua serba terburu-buru. Aku mengerti, keluarga besarnya sudah menunggu.

“Om, ini kunci mobil sama surat-suratnya.”
“Terima kasih banyak ya, Nak... kalau ga ngerepotin, Om minta tolong sekali lagi.
Baju-baju Si Rega disumbangkan saja ke panti asuhan...”
Lalu dia memelukku penuh keharuan.
Kalau saja Rega berumur panjang, saat tua nanti pasti akan mirip ayahnya.

“Kak Willa, maaf kita ga sempat jadi saudara...”
Kata-kata adiknya terdengar terlalu menyakitkan...
What can I say?
He’s just being honest.


Sudah ku duga, begitu mereka pergi anak-anak yang lain termasuk Bu Wiwin menyerbu dengan rentetan pertanyaan. Aga mengambil alih sesi wawancara, sedangkan aku masuk ke kamar Rega. Lebih tepatnya, bekas kamar Rega.
Lemarinya sudah dikosongkan, tapi tempat tidurnya masih dalam kondisi yang sama seperti waktu aku membantunya berkemas 3 bulan lalu. I can still smell his body scent all over the room...




Aga mengajakku pulang. Di depan sudah ada taksi yang menunggu. Sebelum sampai rumah, aku dan Aga mampir ke sebuah panti asuhan. I got a promise to keep.



I just got home.
The rain is falling....
Hujan yang membawa Rega padaku, sekarang membawanya pergi...





I kept this from Mom for a while.
Tapi setiap ibu mengenal anaknya dengan baik. Belakangan ini aku sering mengurung diri di kamar. Setelah 3 minggu Mama akhirnya menginterogasi Aga yang kebetulan sedang berkunjung.
“Heh Aga! Ari si Willa kunaon?”
“Aya naon Ua? Aga baru dateng udah disemprot aja...”
“Si Willa teh murung wae, jeung tara kaluar ti kamar! Aya kajadian naon di Jakarta teh? Pan jeung kamu ka ditu na!”

Aku menguping laporan Aga dari balik pintu kamar....
Tok tok tok!
“Teh... ada tamu!”
Iih kampret! Bikin kaget aja!
Itu suara adik ku yang paling bontot.

“Pakabar Willa?”
Kakinya sedikit pincang, dan tangan kirinya masih pakai gips.
“Baik. Mas siapa ya?”

Namanya Marcel. Dia salah satu teman Rega yang ikut dalam rombongan ke Swedia. Dia diminta ayahnya Rega untuk mencariku. Marcel tinggal di daerah yang sama dengan Rega di Medan dan kenal baik dengan keluarganya. Tapi untuk apa mencariku?
Ibunya beberapa kali bermimpi Rega menikah dengan seorang perempuan. Wajahnya tidak pernah jelas. Tapi perempuan itu terlihat selalu memakai kalung yang sama. Kalung dalam sebuah jewelry box, salah satu properti Rega yang masih bisa diselamatkan.
“Waktu di Stockholm, Rega pernah tanya soal Zanzloza Zmycken.
So... I guess he bought this for you.”

The silver necklace....
No! It's a white gold necklace with a ring as the pendant!
Something's carved on the inner side.
It says “Marry Me”.




Please...
Let it rain.
I need rain to wash away my tears,
To take away the pain...

It hurts even more today, Rega.
Why won’t you let me go?


Selasa, 17 Juli 2012

It’s Gonna Rain... (part 9)


Here I am, spending the whole day hating my self...
I can easily say that it was just a kiss. And a kiss only. Well, pretty wild actually.
But that was it! Didn’t mean anything!
I used to curse those who betray, those who cheat...
And now I’ve become one of them.

Ini salah.
Sebelum tambah salah sebaiknya aku tinggal di rumah Mama sampai Rega pulang.

Days turned into weeks...
Garuda Indonesia yang berangkat dari Stockholm diperkirakan sampai di Soeta-Tangerang jam 1.15 siang ini. Aku minta Aga menemaniku. Jika nanti Rega bertanya apa aku baik-baik saja? Apa saja yang kukerjakan selama dia tak ada? Aku hanya perlu bilang semua berjalan seperti biasanya. Tidak ada yang aneh. Kerjaku adalah merindukannya sepanjang waktu.
Nothing to worry about, really.
A little white lie for a greater good.
Semoga dia tidak lupa pesananku. A silver necklace from Zanzloza Zmycken, a famous jewel store in Stockholm. Kalau kemahalan, diganti yang lain juga nggak masalah.

Arrival gate...
I can no longer wait to see him again.
Aduuh... rambutku berantakan. Lipgloss-nya kurang.
“Santay atuh Will. Tenang... Tenang!”
Iya, memang cuma nervous. Tapi masih ada waktu untuk touch-up sedikit.
“Willa ka toilet heula nya. Bentar aja. Kalo dah landing, kasih tau!”
“Euh! Nya jig atuh. Cepetan!”

Sebenarnya Rega sudah sering melihat muka ku polos tanpa make-up. Jauh lebih ancur dari ini. But it’s not an ordinary day, remember? So.... Harus cantik! Harus cantik!
Missed call dari Aga!

This is it... He’s home!

Aku berlari kecil, memastikan tidak terlambat menyambutnya pulang.
Sebuah pesawat sedang dalam proses pendaratan di run way.
Something’s definitely wrong!
Pesawatnya melenceng ke arah kiri, lalu BLARRR!!!!
Ledakan besar pun terjadi karena tabrakan dengan pesawat lain yang sedang dalam kondisi terparkir.



Jeritan dan teriakan panik pun sontak terdengar. Kaki ku lemas, dan aku tersungkur di antara kerumunan manusia yang sedang kalap. Saling dorong, saling jegal. Semua orang ingin memastikan apa yang sesungguhnya terjadi. Apa suaminya baik-baik saja? Apa temannya terluka? Apa kekasihnya selamat? Seseorang menginjak tanganku. Aku tidak peduli. Aga pun entah di mana. It’s too crowded in here.
Rega...
I can only hope that my man is alright. He’s gonna be with me in a minute.

2 hours later....
Situasi sudah lebih tenang. Aga terus meyakinkanku bahwa Rega selamat. Wartawan sudah banyak yang berdatangan untuk meliput press conference. Perwakilan tim medis, petugas bandara, dan seorang pejabat Dinas Perhubungan menyatakan bahwa kecelakaan terjadi akibat kerusakan teknis.

“... Roda pesawat tidak berfungsi dengan sempurna beberapa saat sebelum pendaratan. Sejauh ini sudah bisa dipastikan bahwa 5 penumpang tewas, 13 orang luka parah, 24 orang luka ringan, 41 orang selamat. Daftar selengkapnya akan segara kami rilis 30 menit setelah konferensi pers ini. Mohon tenang dan tetap tertib....”

AFREGA PANDJAITAN
Nama itu terpampang di urutan paling atas daftar korban tewas!

No way...
They made a mistake!
They put his name on the wrong list!
Right...?

This is just a sick joke.
Rega’s gonna run to me saying “Surprise!!!”
Come on ...
Where are you?
It’s not fun anymore....

Aku menatap Aga, berharap dia mau minta petugas medis atau siapa saja untuk mengulang identifikasi sekali lagi. Aga hanya menggelengkan kepala lalu membiarkan aku menangis di pelukannya.



I'm gonna open my eyes
and see for the first time
I let go of you like a child letting go of his kite...
there it goes up in the sky....
there it goes beyond the clouds...
and I can't cry hard enough
for you to hear me now




Minggu, 15 Juli 2012

It’s Gonna Rain... (part 8)



Bawalah pergi cintaku
Ajak ke mana pun kau mau
Jadikan temanmu
Temanmu paling kau cinta
Di sini ku pun begitu
Trus cintaimu di hidupku
Di dalam hatiku
Sampai waktu yang pertemukan kita nanti...

Belum 24 jam saja aku sudah secemas ini. Huhhf...

But thank God akhirnya Rega mengabariku juga. Dia sudah sampai dengan selamat. Telephon pertama, tidak bisa ngobrol banyak karena dia sudah ditunggu briefing. Selama di negara Eropa Utara penghasil Volvo, Ericsson, dan SHARP Electronics (Nordic) itu dia akan tinggal di sebuah asrama di Malmo City, kota industri di pinggiran selat Oresund yang memisahkan Swedia dengan Denmark.

Berikutnya aku harus membiasakan diri pacaran jarak jauh. Oooh begini ya rasanya... “Ngga puguh!” Perbedaan 5 jam membuatku harus menyesuaikan waktu jika ingin melepas kangen. Sekedar telephon atau skyping sudah lumayan. Itupun tak bisa lama-lama. Yaah, apa boleh buat.

After lunch aku asik skyping denganya sambil memanen melon di teras belakang. Berlaga seperti reporter program kuliner yang meyakinkan permisanya bahwa melon ini adalah kualitas nomor wahid. Fresh and sweet! Sangat persuasif! Hahaha...
Aku lihat Rega sedang sarapan setangkup roti sambil tertawa geli melihat tingkahku.
Of course, it’s 7.30 in the morning, Sweden time.

It’s been 8 weeks now.... And this long distance is killing me. Rega bilang dia makin sibuk. So tidak bisa tiap hari menghubungiku. But I don’t work much lately. Aku juga tidak punya banyak teman. Rasanya semakin hari semakin membosankan. Situasi ini membuatku meradang.
“Sabar ya. Sebulan lagi, babe...”
Oke, I’ll wait then...

Setelah itu komunikasi malah bertambah jarang. Alasannya ada semacam ujian simulasi teknologi smart TV set terbaru. Dia harus amat sangat fokus. Peserta training tidak hanya dari cabang di Indonesia, tapi juga beberapa tim utusan dari negara lain. Tim yang mendapatkan nilai sempurna, hasilnya akan dipatenkan dan diterapkan di semua cabang, all around the world! Satu langkah besar untuk dapat promosi kilat. Mestinya aku mengerti. Tidak seharusnya aku terus mengganggunya. Jadi sebaiknya aku juga mencari kesibukan.
I need a distraction.



It's another clear night, Rega...
Are you staring at the same star?

Malam ini aku duduk sendirian. Memandangi langit dan seisinya.
Si Bintang Terang menggodaku membayangkannya ada si sini denganku.
“Don’t worry, he’ll be home soon.”
“Oh my God! You scared me, J!”
“Hmm... you want some?”
“Sure. Thanks!”
Jerson’s having some kind of trouble sleeping. Here we are, 2 lonely people talking and sharing beer together. He’s missing some friends and family back in the US.

3 nights later....
“Black coffee please...”
“Right away, Miss”

“Your’re planning to get drunk, huh?”
“No, the plan was to get You drunk! Hahaha...”
Jerson’s having his 2nd Green Apple Martini. Ini adalah sebuah beer house milik kenalannya. Sama-sama Americano. Tidak banyak orang yang tahu tempat ini. Sedikit private memang. Sepintas orang akan menyangka ini hanya rumah tinggal ekspatriat biasa.

2, 3 kali tidak masalah. But this time he’s too drunk to behave. Sampai harus dipapah oleh sekuriti hanya untuk masuk mobil.
Arrrgh, ngerepotin banget sech ni orang!
Aku tidak mau membuat kehebohan di kost-an, terpaksa aku bawa dia putar-putar dulu. Hampir jam 4 pagi dia baru sadar. Tanggung! Kalau kubawa pulang sekarang akan lebih repot lagi nantinya. Aku berhenti di mini market 24 jam untuk membelikan kopi.

Jam 9 pagi...
Kost-an pasti sudah sepi, orang-orang sudah pada berangkat kuliah atau kerja, Bu Wiwin juga pasti sudah standby depan TV di kamarnya, nonton gosip!
Jerson's still got his head dizzy. Aku menuntunnya ke lantai atas, membukakan kunci pintu kamarnya.



“Hey! What the hell you’re doing?!”
"Ssst... Come on, it's just us now..."

Good point!
We went out together but no one has to know the details. 
Right?




Jumat, 13 Juli 2012

It’s Gonna Rain... (part 7)


Musim hujan kali ini adalah musim cinta untukku
The season of Love.....

Beberapa riset membuktikan bahwa suasana hati berpengaruh besar pada kondisi kesehatan fisik manusia. Tabloid, majalah, dan portal-portal web khusus perempuan (mostly) sering memuat artikel dengan judul-judul “Pelukan Yang Tulus Bisa Memperpanjang Usia”, “Sebuah Ciuman di Pagi Hari Dapat Menambah Kekebalan Tubuh”, “Jika Ingin Panjang Umur, Bercintalah” dan semacamnya (hahaha...)
Intinya hal-hal positif dan perasaan bahagia akan memancarkan sinyal pada otak  bahwa everything’s wonderful, lalu otak memberi perintah pada setiap bagian tubuh untuk tetap sehat. Yah, kurang lebih begitu.
Tidak ada lagi gatal-gatal karena kedinginan, bahkan jika sedang cengderung panas aku tidak mimisan. 
His loving makes me great and healthy.
Thank you ....

But wait... setiap sisi kehidupan pasti diciptakan berpasangan. This exietement only last for a month. 
Rega harus pergi sebentar. Perusahaan mengirimnya untuk ikut training di Swedia selama 3 bulan. 
Setengah hati aku “mengizinkannya”. Semata-mata demi masa depan. Masa depannya. 
Bersamaku atau tidak. 
Kalau dia sukses, aku akan bangga. Yang aku tidak suka, kenapa mendadak sih? 2 hari lagi dia harus berangkat. Segala sesuatunya sudah dipersiapkan kantor. So, tinggal persiapan yang sifatnya pribadi saja.

I’m gonna be missing him alot. Dan malam ini hanya tersisa 3 jam. Aku membantunya berkemas.
“Jalan yuk....” katanya persis setelah aku selesai menutup koper.
Karena hatiku tahu akan terpisah jauh dengan cintanya, setiap detik harus berarti. Dia mengajakku ke satu tempat makan yang belum pernah ku datangi bersamanya. Jangan tawari aku makan. ‘Ngga nafsu!
I don’t want anything else but you...
I want you here with me just a little bit longer.
Aku mau memandanginya sampai puas. Sampai aku hafal setiap garis, setiap kerut di wajahnya.
Kenapa lama-lama jadi mirip Chef Juna ya...
Ah ngaco!

11.45 pm.
Next thing I know, we are sitting side by side at the back yard. Staring at the sky.
It’s a clear night, my love.
So quiet...
But every beat telling what my heart feels louder than a scream.


“Will...”
Oh God! I hate this part.
“Aku titip mobil ya... kalo mo nengok Mama, pake aja.”
“Oke ”
 “Mmm... itu pohon melon kita kan?”
Dia sedang mengalihkan pembicaraan.
Saying good bye was never an easy thing.

Tempo hari Rega membawakan melon untukku. Tidak terlalu besar, tapi manis. 
Kami memakannya berdua saja di teras belakang. 
Dia melemparkan beberapa biji melon itu ke taman ibu Kost. 
Siapa tau jadi... katanya. Tak disangka benar-benar tumbuh. 
Bunganya sudah mulai muncul, kelak akan jadi buah. 
Anytime soon... And he’s leaving tomorrow.

It’s midnight already. Sebaiknya cepat tidur. Besok perjalanan akan sangat panjang dan melelahkan.
Aku menarik tubuhnya, memeluknya begitu erat.
Kalau tidak ku lepas, boleh kan?
“I’ll be back here before you know it...” bisiknya di telingaku.

I drive him to the office this morning. Rega akan berangkat bersama 3 orang rekannya dengan mobil perusahaan, jadi aku tidak perlu mengantarnya sampai air port. 
A kiss on the lips and a big hug for my baby.
“Be good and come home in one piece, alright...”
“I will...”
I thought I was strong enough, ‘till I saw him waving at me.
Bye...

Lalu APV hitam itu pun menghilang tak lama setelah masuk pintu tol. 
Aku putar arah kembali pulang dengan hati gerimis.
I’m going home and sleep all day. 
Berharap saat terbangun nanti, 3 bulan terlewati, dan Rega sudah di sini bersamaku lagi.